Pasar Trading – Ekonomi Amerika Serikat menunjukkan ketahanan di bulan Juli 2025. Data terbaru dari Biro Analisis Ekonomi (BEA) melaporkan bahwa pengeluaran konsumen naik 0,5%, lebih tinggi dari ekspektasi pasar, sementara inflasi inti juga meningkat, dipicu oleh kenaikan harga akibat tarif impor.
Namun, di tengah optimisme konsumsi, kondisi pasar tenaga kerja yang melemah masih menjadi perhatian utama, membuka peluang besar bagi Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan 16–17 September mendatang.
Konsumsi Jadi Penopang Ekonomi
Belanja konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, naik 0,5% pada Juli, menyusul kenaikan 0,4% pada Juni. Angka ini menunjukkan ketahanan konsumsi rumah tangga berkat rendahnya PHK dan pertumbuhan upah yang solid.
Meski begitu, tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump telah menaikkan biaya produksi, membuat banyak perusahaan bersikap hati-hati dan enggan menambah tenaga kerja.
Pasar Tenaga Kerja Melemah
Rata-rata penambahan lapangan kerja hanya 35.000 per bulan dalam tiga bulan terakhir, jauh di bawah rata-rata 123.000 per bulan pada periode yang sama tahun lalu.
Survei Conference Board mencatat bahwa persentase konsumen yang menilai pekerjaan “sulit didapat” melonjak ke level tertinggi dalam 4,5 tahun pada Agustus. Hal ini menandakan pasar tenaga kerja mulai kehilangan momentum.
Inflasi Masih Jadi Ancaman
Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE Price Index) — ukuran inflasi pilihan The Fed — naik 0,2% pada Juli, sementara inflasi inti (tidak termasuk makanan dan energi) meningkat 0,3%. Secara tahunan, inflasi inti mencapai 2,9%, naik dari 2,8% di Juni, dan masih jauh dari target 2% The Fed.
Tarif impor diyakini memperburuk tekanan harga karena perusahaan terpaksa menanggung biaya lebih tinggi atau mulai membebankannya ke konsumen.
The Fed dalam Dilema
Saat ini, The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,50% sejak Desember lalu. Ketua The Fed, Jerome Powell, sudah mengisyaratkan kesiapan memangkas suku bunga untuk menghadapi risiko pelemahan pasar tenaga kerja. Namun, inflasi yang masih “bandel” bisa membatasi ruang gerak bank sentral.
Keputusan rapat FOMC pada 16–17 September diprediksi akan menjadi momen penting bagi arah kebijakan moneter AS di paruh kedua tahun 2025.
Data Juli menunjukkan AS masih ditopang konsumsi kuat, tetapi dibayangi inflasi dan pasar tenaga kerja rapuh. Investor kini menunggu langkah The Fed berikutnya, apakah lebih fokus menjaga pertumbuhan atau menekan inflasi.