Harga emas terus melesat ke level rekor, bahkan mengalahkan hampir semua aset keuangan utama lainnya. Menurut Desmond Lachman, Senior Fellow di American Enterprise Institute (AEI), lonjakan harga emas ini bukan sekadar tren biasa. Ia menyebut emas sebagai “canary in the coal mine” — sinyal dini bahwa ada masalah serius di pasar keuangan global akibat kebijakan ekonomi pemerintahan Trump.
Mengapa Emas Naik Tajam?
Sejak awal pemerintahan Trump, emas sudah naik spektakuler. Dari dulu sering disebut “relic barbar” oleh Keynes, kini justru jadi aset paling dicari. Beberapa alasan utama:
Hilangnya Kepercayaan pada Dolar & Obligasi AS
Selain emas, sinyal lain juga mengkhawatirkan:
Artinya, pasar global mulai meragukan stabilitas ekonomi AS.
Risiko Krisis Keuangan di Depan Mata
Lachman menegaskan bahwa jika kebijakan tidak segera dikoreksi, pasar harus siap menghadapi krisis keuangan besar menjelang pemilu paruh waktu mendatang.
Ia mengutip Rudi Dornbusch, ekonom MIT, yang berkata:
“Krisis keuangan biasanya datang lebih lama dari yang diperkirakan, tapi saat terjadi, kecepatannya jauh lebih cepat dari yang diduga.”
Dengan kata lain, investor harus ekstra waspada.
Emas Jadi Aset Andalan
Spot gold terakhir diperdagangkan di $3.636,79 per ons, sempat turun tipis 0,10% tapi masih dalam tren naik stabil. Dengan ketidakpastian global dan kebijakan ekonomi AS yang penuh risiko, emas kembali jadi pilihan utama untuk lindung nilai.
Emas bukan hanya investasi, tapi juga alarm peringatan. Lonjakan harga emas menunjukkan pasar mulai kehilangan kepercayaan pada dolar dan obligasi AS. Jika Trump tetap memaksa kebijakan kontroversial — mulai dari utang besar, tekanan pada The Fed, hingga tarif impor tinggi — maka peluang krisis keuangan nyata makin besar.
Bagi investor, pesan utamanya jelas: emas layak dipertahankan dalam portofolio sebagai pelindung nilai di masa penuh gejolak.
Source: kitco
#hargaemas #emas #trump #krisiskeuangan #dolaras #thefed #inflasi #investasiemas #tradingemas #analisaemas #emasfundamental #investasiemas