
Harga emas kembali naik mendekati $3,650 per troy ounce setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi di atas $3,674. Lonjakan ini terjadi di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, pembelian emas oleh bank sentral, serta meningkatnya ketegangan geopolitik dan rencana tarif baru AS.
Data ketenagakerjaan terbaru yang menunjukkan revisi penurunan tenaga kerja hingga 911.000 memperkuat alasan bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan pelonggaran. Pasar kini menunggu data inflasi produsen (PPI) dan konsumen (CPI) AS pekan ini yang akan sangat menentukan arah kebijakan The Fed dalam pertemuan mendatang.
Selain faktor makroekonomi, ketegangan politik global juga mendorong harga emas. Donald Trump menekan Eropa agar ikut serta dalam pemberlakuan tarif terhadap India dan China untuk menekan Rusia terkait perang Ukraina. Sementara itu, Israel meluncurkan serangan militer ke pemimpin Hamas di Doha, yang semakin meningkatkan ketidakpastian geopolitik.
Menurut analis ANZ Group, risiko pasar tenaga kerja kemungkinan membuat The Fed mempertahankan pelonggaran moneter hingga Maret 2026. Mereka bahkan menaikkan proyeksi harga emas tahun 2025 dari $3,600 menjadi $3,800 per ounce.
Dukungan tambahan juga datang dari ETF emas yang diproyeksikan menyerap tambahan 200 ton emas hingga akhir 2025. Bank sentral China, India, dan bahkan Republik Ceko juga mencatat rekor pembelian emas baru-baru ini.
Saat berita ini ditulis, emas menguat 0,6% di $3,647.59/oz, sementara perak naik di atas $41/oz. Investor global semakin memandang emas sebagai safe haven utama di tengah ancaman inflasi, gejolak geopolitik, dan kebijakan moneter longgar.
#emas #gold #hargemas #tradingemas #goldtrading #thefed #inflasias #investasiemas #safehaven #goldprice